JAWA KILAT
Mode Gelap
Artikel teks besar

Gumoh pada Bayi: Penyebab, Cara Mengatasi, dan Kapan Harus Waspada

Gumoh pada Bayi: Penyebab, Cara Mengatasi, dan Kapan Harus Waspada
Bayi gumoh (Dok. Ist) 


JawaUpdate.com - Gumoh pada bayi merupakan kondisi ketika sebagian cairan susu atau ASI keluar kembali setelah bayi menyusu. Banyak orang tua khawatir saat melihat si Kecil sering gumoh, padahal kondisi ini umumnya normal dan tidak berbahaya. 

Bahkan, sebagian besar bayi akan lebih jarang mengalami gumoh ketika usianya sudah memasuki 18–24 bulan.

Namun, penting bagi orang tua untuk memahami apa saja penyebab gumoh, cara mengatasinya, serta tanda-tanda yang perlu diwaspadai agar bisa memberikan perawatan terbaik untuk buah hati.

Penyebab Gumoh pada Bayi

Ada beberapa faktor yang membuat bayi sering gumoh. Berikut penjelasannya:

1. Perut Bayi Masih Kecil

Saat baru lahir, ukuran lambung bayi hanya sebesar kelereng. Dalam beberapa minggu, lambung memang akan berkembang, tetapi kapasitasnya tetap terbatas. Karena itu, perut bayi mudah penuh. 

Jika bayi menyusu terlalu banyak, sebagian susu akan kembali naik ke tenggorokan dan keluar melalui mulut. Kondisi ini dikenal dengan istilah happy spitter dan biasanya tidak menimbulkan rasa sakit.

2. Otot Lambung Belum Kuat

Di ujung lambung terdapat otot berbentuk cincin (sfingter) yang berfungsi menahan makanan agar tidak kembali naik. 

Pada usia 0–3 bulan, otot ini masih lemah sehingga ASI mudah keluar lagi. Biasanya, fungsi otot sfingter mulai membaik ketika bayi berusia 4–6 bulan.

3. Perlekatan Menyusui Kurang Tepat

Posisi perlekatan yang tidak benar dapat membuat bayi lebih banyak menelan udara dibandingkan ASI. Gelembung udara yang masuk ke lambung bisa memicu gumoh atau perut kembung. 

Jika Mama merasa kesakitan saat menyusui atau bayi tampak tidak puas, sebaiknya konsultasikan posisi menyusui kepada konsultan laktasi.

4. Bayi Terlalu Lapar

Bayi yang sudah sangat lapar biasanya menyusu dengan terburu-buru atau sambil menangis. 

Kondisi ini menyebabkan ia menelan lebih banyak udara. Saat disendawakan, udara akan keluar bersama susu, sehingga memicu gumoh.

5. Gangguan Pencernaan (GERD)

Berbeda dengan gumoh biasa, bayi yang mengalami GERD (Gastroesophageal Reflux Disease) biasanya tampak tidak nyaman, mengejan, atau mengeluarkan suara seperti tersedak saat gumoh. 

Gejala lain yang menyertai antara lain berat badan sulit naik, bayi rewel terus-menerus, dan tampak kesakitan. Kondisi ini perlu perhatian medis lebih lanjut.

Cara Mengatasi Gumoh pada Bayi

Meskipun gumoh umumnya normal, orang tua tetap bisa melakukan beberapa langkah untuk mengurangi frekuensinya:

1. Menjaga Posisi Bayi Tegak Setelah Menyusu

Setelah bayi selesai menyusu, posisikan ia tegak selama 20–30 menit. Cara ini membantu susu turun ke saluran cerna dan mencegah isi lambung naik kembali. Hindari mengayun-ayun bayi terlalu cepat setelah menyusu.

2. Jangan Menyusui Sampai Terlalu Kenyang

Kenali tanda-tanda bayi sudah cukup menyusu, misalnya melepaskan sendiri payudara, tampak tenang, atau mulai mengantuk. Memaksa bayi menyusu lebih lama bisa membuat perutnya penuh dan meningkatkan risiko gumoh.

3. Memberi ASI Sebelum Bayi Terlalu Lapar

Bayi yang terlalu lapar biasanya akan menyusu dengan cepat dan menelan lebih banyak udara. Untuk menghindarinya, cobalah memberikan ASI dengan frekuensi lebih sering namun dalam jumlah sedikit.

4. Hindari Posisi Tengkurap Setelah Menyusu

Menidurkan bayi dalam posisi tengkurap setelah menyusu dapat menekan perut dan memicu gumoh. Selain itu, posisi tengkurap juga meningkatkan risiko Sudden Infant Death Syndrome (SIDS). Posisi tidur terbaik untuk bayi adalah telentang.

5. Perhatikan Popok Bayi

Popok yang terlalu ketat dapat menekan perut bayi dan menyebabkan susu naik kembali ke kerongkongan. Pastikan popok bayi terpasang dengan nyaman dan tidak terlalu menekan area perut.

Gumoh pada bayi adalah hal yang umum terjadi dan biasanya tidak berbahaya. Penyebab utamanya bisa karena perut bayi masih kecil, otot lambung belum matang, atau posisi menyusui yang kurang tepat. Meski begitu, pencegahan perlu dilakukan. 

Posting Komentar