Santri di Lumajang Diduga Minum Cairan HCL, Kini Kondisinya Memprihatinkan
![]() |
Ibunda Dewangga, bocah yang diduga menjadi korban bullying (Dok. Ist) |
JawaUpdate.com - Dewangga Eza Naufal Al Yusan (13), seorang santri Pondok Pesantren (Ponpes) Asy-Syarify 01 di Desa Pandanwangi, Kecamatan Tempeh, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, kini hanya bisa terbaring lemah di rumahnya.
Selama tiga bulan terakhir, ia menderita gangguan serius pada saluran pencernaan. Penyakit itu diduga muncul setelah dirinya dipaksa menenggak cairan berbahaya berupa Hydrochloric Acid (HCL) atau asam klorida yang disamarkan di botol minuman.
Informasi mengenai peristiwa ini awalnya terungkap lewat penggalangan dana yang dilakukan pihak pesantren melalui platform Kitabisa.com.
Tim JawaUpdate.com kemudian menelusuri kasus tersebut. Ratna Purwati, ibu Dewangga, menceritakan bahwa kejadian itu terjadi pada 10 Juli 2025.
Menurutnya, sang anak dipaksa oleh teman sekamar untuk meminum cairan HCL yang biasanya digunakan sebagai pembersih lantai. Cairan berbahaya itu disimpan dalam botol minuman bersoda agar terlihat seperti minuman biasa.
"Anak saya ini di pondok, ada kegiatan ngaji pagi dan lanjut piket. Nah, posisi habis piket ini haus, terus tanya soal minuman yang dibawa pelaku," ucapnya.
"Dijawab sama si pelaku kalau itu minuman yang dikasih ibuk-ibuk, terus ya diminum sama anak saya," tambahnya.
Tak lama setelah meneguk cairan tersebut, Dewangga langsung merasakan panas di tenggorokan dan memuntahkan cairan berwarna hitam. Ironisnya, pelaku justru tertawa melihat kondisi Dewangga yang kesakitan.
Ahmad Syaifuddin Amin, salah satu pengasuh Ponpes Asy-Syarify 01, membenarkan insiden tersebut.
Ia menjelaskan bahwa HCL sebenarnya disimpan rapi di gudang dan seharusnya tidak bisa dijangkau para santri.
Hingga saat ini, Dewangga masih menjalani perawatan intensif di rumah. Ia belum mampu mengonsumsi makanan padat dan hanya mengandalkan susu serta obat khusus dari rumah sakit untuk bertahan hidup.
Keluarga dan pihak pesantren masih berupaya mengumpulkan dana guna mendukung biaya pengobatan yang terus berjalan.
Peristiwa ini menjadi pengingat penting bagi pesantren dan lembaga pendidikan lainnya untuk meningkatkan pengawasan, terutama terhadap bahan-bahan berbahaya yang bisa disalahgunakan.
Selain itu, kejadian ini menyoroti pentingnya edukasi kepada anak-anak agar tidak bermain-main dengan zat kimia yang dapat mengancam keselamatan jiwa.