Mengenal Makna Tradisi Larung Sesaji di Telaga Ngebel yang Dilaksanakan setiap 1 Suro
![]() |
Tradisi larung sesaji (Dok. Ist) |
Jawaupdate.com - Di tengah keindahan alam Telaga Ngebel yang terletak di Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo, terdapat sebuah tradisi budaya yang terus hidup dan dijaga hingga kini yakni tradisi Larung Sesaji. Tradisi ini bukan sekadar ritual seremonial, namun juga simbol harmoni antara manusia, alam, dan kekuatan spiritual yang dipercaya oleh masyarakat sekitar.
Makna di BalikTradisi Larung Sesaji di Telaga Ngebel
Larung sesaji berasal dari kata "larung" yang berarti melarungkan atau menghanyutkan, dan "sesaji" yang berarti persembahan.
Secara harfiah, larung sesaji berarti menghanyutkan persembahan ke dalam air, sebagai bentuk rasa syukur kepada Sang Pencipta atas berkah alam, khususnya atas keberadaan Telaga Ngebel yang diyakini memiliki nilai sakral.
Tradisi ini diyakini sebagai upaya menjaga keseimbangan antara manusia dan alam. Melalui sesaji yang dihanyutkan, masyarakat berharap agar telaga tetap membawa keberkahan, memberikan hasil perikanan yang melimpah, serta menghindarkan dari bencana alam.
Rangkaian Prosesi Larung
Pelaksanaan larung sesaji biasanya bertepatan dengan malam satu Suro, penanggalan Jawa yang dianggap sakral. Kegiatan ini dimulai dengan doa bersama, kirab budaya, dan pentas seni daerah seperti reog.
Warga dan tokoh adat berkumpul membawa sesaji berupa tumpeng, hasil bumi, bunga, dan dupa, yang kemudian dilarungkan ke tengah telaga menggunakan perahu tradisional.
Salah satu momen paling ditunggu adalah saat sesaji dilepaskan ke air. Banyak warga percaya bahwa mengikuti prosesi larung akan membawa keberkahan bagi kehidupan mereka, baik secara spiritual maupun material.
Daya Tarik Wisata dan Budaya
Tradisi ini tidak hanya bermakna secara spiritual, tetapi juga menjadi daya tarik pariwisata budaya.
Setiap tahunnya, ribuan pengunjung dari berbagai daerah datang ke Telaga Ngebel untuk menyaksikan prosesi larung sesaji.
Selain menikmati ritual adat, mereka juga bisa menikmati panorama telaga yang dikelilingi oleh perbukitan dan udara sejuk khas pegunungan.
Pemerintah daerah pun turut mendukung pelestarian tradisi ini sebagai bagian dari identitas budaya Ponorogo.
Kegiatan larung sesaji bahkan masuk dalam kalender pariwisata tahunan yang menggabungkan aspek religi, budaya, dan promosi destinasi lokal.
Warisan Budaya yang Perlu Dilestarikan
Larung sesaji di Telaga Ngebel adalah cermin kearifan lokal yang sarat nilai filosofis. Di balik kesederhanaannya, tersimpan pesan penting tentang rasa syukur, kerukunan, serta hubungan yang harmonis antara manusia dan alam.
Tradisi ini menjadi pengingat bahwa menjaga alam bukan hanya tanggung jawab ekologis, tapi juga spiritual dan budaya.
Di tengah arus modernisasi, menjaga tradisi seperti larung sesaji adalah bentuk perlawanan terhadap pelupaan identitas. Semakin dikenalkan ke generasi muda dan diperkenalkan kepada wisatawan, semakin kuat pula eksistensinya sebagai warisan budaya tak benda yang layak dibanggakan.