Mengapa 1 Suro Disebut Angker? Begini Pandangan Menurut Tradisi Masyarakat
Jawapdate.com - Dalam kalender Jawa, 1 Suro menandai awal tahun baru atau bulan pertama dalam sistem penanggalan yang diadopsi dari kalender Hijriah dan budaya Jawa kuno. Meski bernuansa sakral, malam 1 Suro sering kali dikaitkan dengan kesan angker dan mistis. Lantas, mengapa 1 suro disebut angker oleh sebagian masyarakat?
Akar Budaya dan Spiritualitas
Anggapan bahwa 1 Suro adalah malam yang angker berakar dari keyakinan leluhur Jawa yang menganggap malam tersebut sebagai waktu di mana alam gaib lebih terbuka.
Dalam pandangan kejawen, batas antara dunia fisik dan dunia spiritual menjadi lebih tipis, sehingga energi dari alam halus diyakini lebih aktif dibanding hari-hari biasa.
Itulah sebabnya, banyak masyarakat Jawa melakukan ritual seperti tirakat, tapa bisu, atau menyepi di malam 1 Suro.
Tujuannya bukan untuk mencari kesaktian, melainkan untuk membersihkan batin, merenungi kehidupan, dan menjaga harmoni dengan semesta.
Larangan Melakukan Kegiatan Penting
Masyarakat tradisional Jawa menghindari menggelar hajatan besar, seperti pernikahan atau pindahan rumah, pada malam 1 Suro. Hal ini bukan tanpa alasan.
Mereka percaya bahwa melakukan kegiatan yang bersifat hura-hura atau penuh kemeriahan di waktu sakral ini dapat mengundang gangguan energi negatif.
Karena itu, malam 1 Suro justru diisi dengan ketenangan, perenungan, atau kegiatan spiritual.
Tradisi ini masih lestari di banyak wilayah, termasuk Yogyakarta dan Solo, yang setiap tahun menggelar kirab pusaka untuk menyambut datangnya Suro.
Simbol Kesedihan dan Pengingat Duka
Secara historis, 1 Suro (atau 1 Muharram dalam kalender Hijriah) juga dihubungkan dengan tragedi besar dalam sejarah Islam yakni peristiwa Karbala, saat cucu Nabi Muhammad SAW, Imam Husain, syahid dalam peperangan.
Peristiwa ini menjadi momen duka mendalam bagi sebagian umat Islam, terutama kalangan Syiah.
Pengaruh suasana duka ini turut masuk ke dalam budaya Jawa melalui proses akulturasi.
Maka tak heran, malam 1 Suro diperlakukan sebagai waktu yang penuh kehati-hatian, bukan perayaan meriah seperti tahun baru pada umumnya.
Mitos dan Cerita Mistis
Selain pengaruh spiritual dan sejarah, kepercayaan tentang keangkeran 1 Suro juga diperkuat oleh kisah-kisah rakyat.
Banyak orang tua dahulu menuturkan cerita mengenai penampakan, gangguan makhluk halus, atau kejadian tidak masuk akal yang konon terjadi pada malam tersebut.
Meskipun tidak dapat dibuktikan secara ilmiah, cerita-cerita ini menumbuhkan sikap waspada dan hormat terhadap 1 Suro di tengah masyarakat, terutama di pedesaan.
Sebutan "angker" untuk 1 Suro bukan semata karena unsur mistis, tapi juga mencerminkan kearifan lokal dalam menghormati waktu-waktu sakral. Malam ini adalah simbol kontemplasi, bukan ketakutan. Dalam bingkai budaya Jawa, 1 Suro adalah ajakan untuk lebih mendekat kepada Sang Pencipta.