Trauma Healing jadi Pilihan Pendampingan Psikologis Anak Pasca Erupsi Semeru
![]() |
| Pendampingan psikologis bagi anak-anak terdampak erupsi gunung erupsi (Dok. Ist) |
JawaUpdate.com – Sejumlah aktivis peduli erupsi semeru baru saja menggelar metode trauma healing dipilih sebagai bentuk pendampingan psikologis bagi anak-anak terdampak erupsi gunung yang kini harus menjalani aktivitas belajar di posko sekolah darurat.
Pendekatan ini dinilai paling sesuai untuk membantu pemulihan mental dan emosional anak secara bertahap, aman, dan humanis.
Dandy Kurniawan salah satu pihak terlibat dalam kegiatan ini menjelaskan bahwa kehilangan lingkungan belajar, rasa aman, serta pengalaman langsung menyaksikan bencana dapat memunculkan rasa takut, cemas, trauma, hingga menurunnya semangat belajar sehingga trauma healing diperlukan.
“Berdasarkan kondisi tersebut, trauma healing dipilih sebagai metode pendampingan psikologis, karena berfokus pada pemulihan mental dan emosional anak secara bertahap, aman, dan humanis. Metode ini sangat sesuai dengan kondisi anak-anak terdampak erupsi yang saat ini harus bersekolah di posko sekolah darurat setelah sekolah mereka, SD Supiturang 2, rata dengan tanah,” ujar Dandy.
Melalui metode trauma healing, anak-anak dibantu untuk menyadari dan mengekspresikan emosi dengan aman tanpa tekanan, mengurangi rasa takut dan cemas, mengembalikan rasa aman serta kepercayaan diri, hingga menumbuhkan kembali semangat belajar dan harapan akan masa depan.
Pendekatan ini dilakukan melalui berbagai kegiatan yang ramah anak dan menyenangkan, seperti bermain edukatif, bercerita, menggambar, serta pemberian motivasi positif. Anak-anak tidak dipaksa untuk mengingat kejadian traumatis, melainkan diarahkan untuk kembali merasakan keceriaan dan kebersamaan.
Kehadiran para pendamping di tengah anak-anak terdampak bencana juga bertujuan memberikan rasa ditemani dan diperhatikan.
Dengan pendampingan yang tepat, diharapkan anak-anak dapat pulih secara psikologis dan terus melanjutkan proses belajar demi masa depan mereka.
Terkait pelaksanaan kegiatan, Dandy menyampaikan bahwa tidak ada kendala selama kegiatan berlangsung.
“Selama pelaksanaan kegiatan trauma healing, tidak ditemukan kendala yang berarti. Kegiatan berjalan dengan lancar dan anak-anak mengikuti setiap rangkaian kegiatan dengan antusias,” sambungnya.
Meski demikian, pihak panitia menilai bahwa pendampingan psikologis tidak cukup dilakukan hanya satu kali.
Kehadiran yang berkelanjutan dinilai penting agar anak-anak terus merasa aman, didukung, dan diperhatikan sesuai kebutuhan mereka di kemudian hari.
Lebih lanjut, Dandy kembali menegaskan alasan pemilihan trauma healing sebagai metode pendampingan psikososial.
“Metode trauma healing dipilih karena anak-anak yang terdampak erupsi gunung mengalami kejadian yang menimbulkan rasa takut, sedih, dan kehilangan rasa aman. Kondisi ini dapat memengaruhi perasaan, perilaku, dan semangat belajar mereka,” ujarnya.
“Melalui trauma healing, anak-anak diajak untuk bermain, bercerita, menggambar, dan mendapatkan motivasi dengan cara yang menyenangkan. Kegiatan ini membantu mereka merasa lebih aman, tenang, dan berani mengekspresikan perasaan tanpa paksaan,” pungkasnya.
Dengan pendampingan tersebut, anak-anak diharapkan dapat kembali ceria, berani berinteraksi dengan lingkungan sekitar, serta tetap memiliki semangat belajar dan harapan untuk masa depan meski berada dalam situasi pascabencana.
