Mengapa Banyak Orang Menganggap Kripto Itu Scam? Ini Alasannya
![]() |
| Bitcoin atau mata uang digital (Dok. Canva) |
JawaUpdate.com - Dalam beberapa tahun terakhir, istilah kripto semakin sering didengar. Mulai dari media sosial, grup WhatsApp keluarga, sampai ngobrol santai di warung kopi.
Ada yang menyebutnya sebagai inovasi finansial masa depan, namun tak sedikit pula yang langsung menolak sambil berkata, “Ah, itu mah penipuan.”
Mengapa Banyak Orang Menganggap Kripto Itu Scam?
Lalu sebenarnya, mengapa banyak orang menganggap kripto itu scam? Berikut penjelasan yang lebih mudah dipahami.
1. Persepsi Negatif Datang dari Cerita Buruk yang Beredar Lebih Dulu
Bagi banyak orang, perkenalan pertama dengan dunia kripto bukan lewat edukasi atau berita teknologi, melainkan dari cerita-cerita penipuan berkedok investasi.
Ada yang ditawari “investasi Bitcoin” dengan janji keuntungan tinggi tanpa risiko. Ada pula yang terbujuk skema MLM dengan embel-embel koin kripto. Sayangnya, kasus semacam ini sering berakhir dengan kerugian.
2. Harga Kripto yang Sangat Fluktuatif
Satu hal lain yang memperkuat anggapan negatif adalah pergerakan harga kripto yang ekstrem. Nilai Bitcoin dan aset kripto lain bisa meroket dramatis dalam waktu singkat, lalu turun tajam hanya dalam hitungan hari.
Bagi masyarakat umum, kondisi seperti ini lebih mirip judi daripada instrumen investasi. Contohnya, banyak orang membeli koin saat harganya sedang tinggi karena ikut-ikutan teman. Ketika harga anjlok, modal hilang dan akhirnya muncul anggapan kripto jebakan
3. Banyaknya Proyek Abal-Abal dan Skema Ponzi
Tidak bisa dipungkiri bahwa dunia kripto memang rawan disalahgunakan. Ada banyak proyek token baru yang dibuat hanya untuk menarik dana investor, lalu ditinggalkan begitu saja (rug pull).
Demikian pula dengan skema Ponzi atau MLM berkedok kripto yang menjanjikan keuntungan tidak masuk akal. Karena kasus-kasus seperti ini sering menjadi viral, publik pun sulit membedakan mana proyek yang benar-benar serius dan mana penipuan.
4. Minimnya Literasi Digital di Masyarakat
Salah satu tantangan terbesar dalam dunia kripto adalah konsep self-custody, yaitu pengguna harus menyimpan sendiri kunci privat wallet-nya. Jika password email bisa dipulihkan, kunci dompet kripto yang hilang tidak bisa dikembalikan.
Kesalahan kecil seperti salah kirim alamat wallet atau terjebak phishing dapat menyebabkan aset hilang permanen. Bagi orang yang belum paham cara kerja keamanan digital, pengalaman ini terasa seperti ditipu.
5. Regulasi yang Belum Sepenuhnya Jelas
Di Indonesia, aset kripto sudah diatur oleh Bappebti sebagai komoditas. Artinya, kripto legal untuk diperdagangkan, tetapi belum diakui sebagai alat pembayaran resmi.
Situasi ini membuat sebagian masyarakat menganggap kripto sebagai sesuatu yang “tidak resmi” dan berpotensi berbahaya. Berbeda dengan perbankan yang diawasi OJK atau BI, ekosistem kripto dianggap lebih liar karena regulasinya masih berkembang.
Jadi, mengapa banyak orang menganggap kripto itu scam? Karena persepsi awal dibangun oleh cerita buruk, harga yang fluktuatif, maraknya penipu, literasi digital yang rendah, dan regulasi yang masih berkembang.
