Tari Gandrung Sewu Berasal dari? Simbol Syukur dan Keindahan Budaya
|  | 
| Tari Gandrung Sewu (Dok. Ist) | 
JawaUpdate.com - Indonesia dikenal sebagai negeri yang kaya akan tradisi dan seni budaya. Salah satu tarian yang sangat terkenal dan menjadi kebanggaan masyarakat Jawa Timur adalah Tari Gandrung Sewu berasal dari Banyuwangi.
Tari Gandrung Sewu berasal dari tradisi Tari Gandrung, yaitu tarian klasik masyarakat Banyuwangi yang telah ada sejak masa lampau. Kata gandrung sendiri berarti “terpesona” atau “tergila-gila”.
Dalam konteks budaya Banyuwangi, istilah ini menggambarkan rasa kagum dan cinta masyarakat kepada Dewi Sri, sosok yang dipercaya sebagai dewi kesuburan dan kemakmuran.
Tari Gandrung Sewu Berasal dari Banyuwangi
Dahulu, tarian ini ditampilkan sebagai ungkapan rasa syukur setelah masa panen. Melalui gerak-gerik yang lembut namun penuh semangat, masyarakat Banyuwangi mengekspresikan kebahagiaan dan penghormatan kepada Sang Pencipta atas hasil bumi yang melimpah.
Tari Gandrung pertama kali dipopulerkan oleh seorang perempuan bernama Semi, dan tradisi ini kemudian diteruskan oleh generasi penerusnya. Seiring waktu, tarian ini tidak lagi terbatas pada garis keturunan tertentu.
Banyak perempuan muda Banyuwangi yang mulai belajar menari Gandrung, bahkan menjadikannya sebagai profesi.
Perkembangan dan Filosofi Tari Gandrung
Menariknya, pada masa awal kemunculannya, Tari Gandrung juga sempat dibawakan oleh laki-laki yang berdandan menyerupai perempuan.
Namun, kebiasaan ini mulai ditinggalkan sejak akhir abad ke-19 karena adanya pandangan agama yang melarang laki-laki meniru penampilan wanita.
Akhirnya, pada tahun 1914, penampilan Gandrung versi laki-laki benar-benar hilang dari panggung kesenian.
Setiap gerakan dalam Tari Gandrung memiliki makna tersendiri. Gerakan tangan yang lembut melambangkan rasa syukur dan penghormatan kepada alam, sedangkan langkah kaki yang dinamis menggambarkan kerja keras, keteguhan, dan semangat hidup masyarakat Banyuwangi.
Tidak hanya indah secara visual, tarian ini juga menyimpan nilai spiritual yang mendalam, sebuah refleksi hubungan harmonis antara manusia dan alam semesta.
Dari Tari Tradisional ke Festival Gandrung Sewu
Untuk melestarikan budaya daerah, masyarakat Banyuwangi menggelar acara tahunan bernama Festival Gandrung Sewu.
Kata sewu dalam bahasa Jawa berarti seribu, karena festival ini menampilkan ribuan penari Gandrung yang menari secara serempak di tepi Pantai Boom dengan latar Selat Bali yang menakjubkan.
Festival Gandrung Sewu bukan hanya sekadar pertunjukan tari, tetapi juga manifestasi semangat kebersamaan dan gotong royong masyarakat Banyuwangi.
Ribuan penari, mulai dari pelajar hingga masyarakat umum, tampil dalam harmoni gerak yang mencerminkan bahwa keberhasilan suatu komunitas lahir dari kekompakan dan solidaritas bersama.
Selain menjadi daya tarik wisata budaya, festival ini juga membawa pesan penting tentang pelestarian lingkungan dan keseimbangan alam.
Dengan latar alam yang indah, Tari Gandrung Sewu menjadi simbol hubungan harmonis antara manusia, budaya, dan alam semesta.
Tari Gandrung Sewu, Warisan Budaya yang Hidup
Kini, Tari Gandrung Sewu telah menjadi ikon pariwisata Banyuwangi dan dikenal hingga ke mancanegara. Bukan hanya memperkenalkan keindahan budaya lokal, tetapi juga menunjukkan bahwa tradisi bisa hidup berdampingan dengan kemajuan zaman.
Dari setiap lenggokan penari, tersirat pesan bahwa budaya bukan hanya untuk dilestarikan, tetapi juga untuk dirayakan.
Tari Gandrung Sewu berasal dari semangat masyarakat Banyuwangi yang mencintai tanahnya, menghormati alam, dan bersyukur atas setiap anugerah kehidupan.