JAWA KILAT
Mode Gelap
Artikel teks besar

Mengapa Imam Sholat Dzuhur dan Ashar Tidak Bersuara? Ini Penjelasan Lengkapnya

Mengapa Imam Sholat Dzuhur dan Ashar Tidak Bersuara? Ini Penjelasan Lengkapnya.
Ilustrasi jamaah yang sedang melaksanakan sholat Dzuhur (Dok. Ist)


JawaUpdate.com - Ketika melaksanakan sholat berjamaah, imam melantunkan bacaan Al-Fatihah dan surat pendek dengan suara keras, seperti sholat Magrib, Isya, dan Subuh. Lantas, mengapa imam sholat Dzuhur dan Ashar bersuara. 

Namun, berbeda halnya dengan sholat Dzuhur dan Ashar. Dalam dua sholat fardhu yang dikerjakan pada siang hari ini, imam membaca bacaan dengan lirih sehingga hanya terdengar oleh dirinya sendiri. 

Kenapa Sholat Dzuhur dan Ashar Tidak Bersuara

Praktik memelankan bacaan ini merujuk pada tuntunan Rasulullah SAW. Dalam sebuah hadis sahih, beliau bersabd,

 “Sholatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku sholat” (HR Bukhari dan Muslim). 

Artinya, tata cara sholat yang kita lakukan saat ini meneladani apa yang beliau ajarkan, termasuk cara membaca bacaan sholat.

Selain itu, Al-Qur’an juga memberi pedoman melalui Surah Al-Isra ayat 110. Ayat ini diturunkan ketika Rasulullah SAW pernah membaca Al-Qur’an dengan suara keras hingga terdengar oleh kaum musyrik, yang kemudian mencela bacaan tersebut. 

Allah SWT pun menurunkan perintah agar bacaan sholat tidak terlalu dikeraskan dan tidak pula terlalu pelan, melainkan dengan suara yang sedang.

Para ulama menafsirkan bahwa siang hari adalah waktu ketika kebanyakan orang sedang sibuk dengan pekerjaan atau aktivitas lain. 

Suasana yang ramai membuat bacaan sholat yang lantang berpotensi bercampur dengan kebisingan sekitar. Karena itu, sholat Dzuhur dan Ashar disyariatkan untuk dilakukan dengan bacaan pelan (sirr), agar pelaksanaannya tetap khusyuk.

Sebaliknya, pada malam hari seperti saat sholat Magrib, Isya, dan Subuh, suasana cenderung tenang. Imam dianjurkan mengeraskan bacaan (jahr) agar makmum bisa mendengarkan, merenungi makna ayat, dan merasakan kekhidmatan dalam ibadah. 

Sholat Subuh pun diperlakukan sama dengan sholat malam karena waktunya belum ramai oleh aktivitas harian.

Dua Rakaat Pertama yang Dikeraskan

Mengapa bacaan jahr pada sholat malam hanya dilakukan pada dua rakaat pertama? Ulama menjelaskan bahwa biasanya kekhusyukan dan semangat sholat berada di awal rakaat. 

Dengan bacaan keras pada rakaat pertama dan kedua, makmum bisa lebih fokus menyimak dan memahami ayat yang dilantunkan.

Selain alasan praktis, ada hikmah spiritual yang mendalam. Siang hari identik dengan berbagai suara dan kebisingan. 

Bacaan sholat yang lirih menjaga kesucian lantunan ayat agar tidak bercampur dengan keramaian. Sementara itu, malam yang hening memungkinkan bacaan keras menjadi pengingat dan penguat iman bagi jamaah.

Dengan memahami alasan ini, kita bisa melihat bahwa perbedaan cara membaca sholat antara siang dan malam bukanlah kebetulan, melainkan bagian dari keindahan syariat Islam. 

Segala ketentuan tersebut menunjukkan kebijaksanaan Allah SWT yang menyesuaikan ibadah dengan kondisi manusia agar tetap khusyuk dalam beribadah.

Posting Komentar