BMKG: NTB Masuki Peralihan Musim, Waspadai Cuaca Ekstrem dan Hujan Lebat
![]() |
Prakiraan cuaca wilayah NTB (Dok. Ist) |
JawaUpdate.com - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyampaikan bahwa wilayah Nusa Tenggara Barat (NTB) saat ini sedang berada pada masa peralihan dari musim hujan ke musim kemarau tahun 2025.
Prakirawan BMKG NTB, Angga Permana, menjelaskan bahwa masyarakat perlu waspada terhadap potensi bencana hidrometeorologi.
Bencana ini bisa berupa hujan deras yang tiba-tiba disertai angin kencang, banjir, hingga tanah longsor, terutama karena sifatnya yang lokal dan bisa terjadi sewaktu-waktu.
"Masyarakat perlu mewaspadai adanya potensi bencana hidrometeorologi seperti hujan lebat disertai angin kencang yang dapat terjadi secara tiba-tiba dan bersifat lokal, banjir dan tanah longsor," kata Prakirawan BMKG NTB Angga Permana dalam keterangan tertulisnya di Mataram, Sabtu.
Pada pertengahan April 2025, yaitu tanggal 11-20 April (disebut Dasarian II), diperkirakan sebagian besar wilayah NTB akan mengalami curah hujan lebih dari 20 milimeter dengan peluang hingga 90 persen.
Curah hujan di atas 50 milimeter berpeluang terjadi sebesar 20-80 persen, terutama di Pulau Lombok dan Sumbawa.
Sementara itu, peluang terjadinya curah hujan tinggi di atas 100 milimeter pada periode tersebut masih cukup kecil, hanya sekitar 10-20 persen.
"Peluang curah hujan 100 milimeter/dasarian terjadi di hampir seluruh wilayah Nusa Tenggara Barat dengan yang rendah yaitu 10-20 persen," katanya.
Angga juga menjelaskan bahwa saat ini kondisi cuaca global masih stabil. Indeks IOD (Indian Ocean Dipole) berada dalam kondisi netral dengan angka 0,85, dan diperkirakan akan tetap netral hingga pertengahan tahun 2025.
Begitu pula dengan indeks ENSO (El Nino Southern Oscillation) yang menunjukkan angka 0,013, menandakan kondisi netral yang akan bertahan dalam waktu dekat.
Angin dari arah barat masih dominan saat ini, namun angin timur diprediksi mulai muncul, terutama di wilayah selatan Indonesia. BMKG juga mencatat adanya pertemuan angin di sekitar garis khatulistiwa (ekuator).
Aktivitas MJO (Madden Julian Oscillation), yang memengaruhi pembentukan awan dan hujan, saat ini belum aktif tetapi diprediksi akan kembali aktif di wilayah Pasifik Barat pada awal pertengahan April.
Meskipun belum ada peringatan dini terkait curah hujan tinggi, BMKG mengimbau masyarakat untuk tetap waspada.
Selain itu, hujan yang masih turun bisa dimanfaatkan untuk mengisi cadangan air seperti embung, waduk, atau tempat penampungan air hujan lainnya.