JAWA KILAT
Mode Gelap
Artikel teks besar

Mengenal Rolak Songo, Bendungan di Mojokerto yang Kerap Dijadikan sebagai Lokasi Bunuh Diri

Rolak Songo
Rolak Songo yang kerap dijadikan sebagai lokasi bunuh diri (Dok. Ist)


JawaUpdate.com - Terletak di Desa Lengkong, Kecamatan Mojoanyar, Kabupaten Mojokerto, Bendungan Rolak Songo menjadi salah satu peninggalan sejarah penting yang masih berfungsi hingga saat ini. 

Dibangun pada tahun 1857 saat masa penjajahan Belanda, bendungan ini bukan hanya sekadar bangunan pengendali air, tetapi juga saksi bisu perjalanan panjang bangsa Indonesia, terutama dalam hal pengelolaan sumber daya air.

Asal-usul Nama dan Fungsi Utama

Nama “Rolak Songo” berasal dari bahasa Jawa, yang berarti “sembilan pintu air”. Nama ini mencerminkan desain bendungan yang memiliki sembilan saluran pengatur aliran air. 

Sejak pertama kali dibangun, bendungan ini bertujuan untuk mengatur aliran Sungai Brantas agar bisa digunakan untuk mengairi lahan pertanian di sekitarnya.

Air dari Rolak Songo disalurkan ke berbagai wilayah, termasuk ke Kali Mas di Surabaya dan Kali Porong di Sidoarjo. 

Dengan kemampuannya mengelola debit air secara efektif, bendungan ini membantu menjaga kestabilan irigasi untuk ratusan hektare sawah yang menjadi sumber penghidupan utama bagi petani lokal.

Kerusakan Saat Masa Perjuangan dan Upaya Rekonstruksi

Pada masa Perang Kemerdekaan Indonesia, Rolak Songo sempat mengalami kerusakan berat akibat konflik bersenjata yang terjadi di wilayah tersebut. 

Dampaknya, wilayah hilir seperti Surabaya dan Sidoarjo dilanda banjir besar karena aliran air tidak lagi terkendali.

Setelah Indonesia merdeka, bendungan ini pun mulai diperbaiki. Meskipun tidak semua pintu air berhasil dikembalikan seperti semula, aatu pintu harus dikorbankan, fungsi utama bendungan tetap dapat berjalan. 

Seiring waktu, Rolak Songo kembali memainkan peran penting sebagai sumber irigasi yang vital bagi sektor pertanian dan kehidupan masyarakat sekitar

Pemulihan fungsi bendungan membawa dampak besar, tidak hanya dalam bidang pertanian, tetapi juga secara sosial dan ekonomi. 

Kawasan sekitar Rolak Songo berkembang menjadi wilayah yang ramai dengan aktivitas perdagangan dan kuliner. Banyak warga membuka usaha makanan, warung, hingga tempat istirahat yang melayani pengunjung dari berbagai daerah.

Letaknya yang strategis membuat bendungan ini juga menjadi salah satu tujuan wisata lokal. Hal ini membuka lapangan pekerjaan baru dan meningkatkan penghasilan masyarakat, terutama dari sektor informal dan pariwisata.

Fishway: Solusi Modern untuk Kelestarian Ekosistem

Tak hanya membawa manfaat bagi manusia, Bendungan Rolak Songo juga mengadopsi teknologi ramah lingkungan untuk menjaga keseimbangan ekosistem. Salah satu inovasi penting yang diterapkan adalah fishway atau jalur migrasi ikan.

Fishway merupakan jalur buatan yang memungkinkan ikan air tawar untuk tetap bermigrasi melewati bendungan. 

Migrasi ini penting untuk siklus hidup ikan, terutama dalam proses berkembang biak. Tanpa fishway, bendungan dapat menjadi penghalang yang membatasi akses ikan ke daerah hulu dan hilir sungai.

Dengan adanya fishway, berbagai spesies ikan lokal tetap dapat melanjutkan hidup secara alami. Teknologi ini tidak hanya membantu kelestarian lingkungan, tetapi juga menjadi alat penelitian penting. 

Para peneliti bisa mempelajari perilaku dan kebutuhan migrasi ikan, sehingga menghasilkan data yang bisa digunakan untuk pelestarian satwa air di tempat lain.

Kini, Bendungan Rolak Songo telah berkembang menjadi simbol keseimbangan antara pembangunan infrastruktur dan pelestarian lingkungan. 

Perannya tidak hanya untuk mengalirkan air ke sawah, tetapi juga sebagai pusat kehidupan masyarakat, tempat belajar bagi peneliti, serta ruang konservasi alami bagi ikan-ikan sungai.

Bagi warga Mojokerto dan sekitarnya, Rolak Songo bukanlah sekadar peninggalan sejarah. Ia adalah sumber kehidupan, penggerak ekonomi, dan pelindung alam yang terus memberi manfaat lintas generasi.

Posting Komentar